Minggu, 25 Januari 2015

Kenangan di RSUD Dr. Soedono Madiun (5) : Trauma Pada Perawat


Ada satu hal yang tidak bisa dilupakan walaupun ketika mengalaminya kadang ya kasihan juga. Setiap beberapa jam sekali di ruangan Melati ada pemeriksaan dari perawat yang bertugas. Kadang yang mereka lakukan adalah memeriksa kondisi infus apakah terpasang dengan benar, memberi obat melalui suntikan, mengukur suhu badan menggunakan thermometer atau sekedar menanyakan masih panas atau tidak.

Namun yang membuat prihatin sekaligus kasihan yaitu ketika diadakan kontrol oleh perawat, seringkali anak-anak yang diperiksa mengalami ketakutan tersendiri. Memang ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat seusia mereka harus merasakan sakit yang luar biasa ketika disuntik. Hal ini sepertinya menimbulkan trauma tersendiri pada beberapa anak. Tak terkecuali pada Nara ketika ada seorang perawat baik itu perempuan maupun laki-laki yang mendatanginya, maka dia akan segera berontak dan menangis. Secara spontan dia akan meraih tubuh ibunya sambil berkata “emoh…emoh…” atau “gendon…gendon…”.

Masih lebih beruntung Nara yang tidak terlalu mengalami ketakutan luar biasa. Dia hanya takut ketika perawat itu menghampiri ranjang tempat dia berbaring. Sementara ada pula anak-anak lain yang sepertinya mengalami trauma yang luar biasa. Setiap kali ada perawat yang lewat, dia langsung menangis keras padahal perawat itu menghampiri anak yang lainnya atau hanya sekedar melintas untuk keperluan lain. Bahkan salah seorang ayah pasien sempat mengeluh ketika berbincang di ruang tunggu, dia berkata kalau anaknya setiap melihat ada yang berjilbab putih langsung menangis ketakutan. Memang perawat di ruang Melati kebanyakan mengenakan kerudung berwarna putih. Namun suatu kali sempat terlihat anak berusia sepuluh bulan yang dirawat di samping kiri Nara ini menangis ketakutan melihat perempuan berjilbab putih, padahal itu salah satu keluarga pembesuk. Ya ampun, sampai segitunya….

Hal yang sampai saat ini terngiang yaitu ketika Nara ditangani untuk disuntik obat maka dia akan meronta sambil berkata “sudah bu..sudah bu…”, “atit..atit..”; “puan..puan..” (maksudnya pulang). Tentu dia berkata itu sambil menangis. Kalau sudah begitu kami yang berada di sampingnya akan berkata “’ga apa apa kok..biar cepet sembuh..”. Kadang susternya juga ikut menenangkan sambil berkata “tidak ada jarumnya kok…”. Tentu itu hanya sekedar perkataan menghibur saja. Memang di bagian suntikan tidak ada jarumnya, namun pada bagian pergelangan tangan Nara sudah terikat bantalan kecil yang di dalamnya sudah terpasang jarum suntik setiap saat. Jadi ya sama saja….

Nah peristiwa disuntik dan dihibur inilah yang sampai beberapa hari sekeluarnya dari rumah sakit menjadi mainan tersendiri bagi Nara. Sesekali dia mengajak ayah atau ibunya main suntik-suntikkan. Ayahnya diminta berbaring lalu dia mengambil secarik tisu yang sudah disobek berbentuk tegak. Maksudnya dia akan membuat mainan model alat suntik. Lalu Nara menyuntik ayahnya. Ketika ayah disuntik, dimintanya ayah supaya pura-pura menangis. Saat ayahnya menangis itulah dia akan segera berkata “ora opo-opo..ora opo-opo…ga ada jarumnya kok…”. Kami yang melihat ulahnya bermain seperti itu tentu tertawa geli. Ya namanya juga anak-anak.


( Okky T. Rahardjo, 085645705091, okkie_rahardjo@yahoo.com, 518CC94A )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar