Selasa, 25 Juni 2013

Iwon Sutomo & Man's Group, Berjuang Dari Kota Surabaya



          Di antara sederet nama musisi asal kota Surabaya yang pernah bertebaran menghiasi blantika musik Indonesia tersebutlah nama Iwon Sutomo. Musisi yang besar di kawasan utara kota Surabaya ini memang tidak begitu populer dibandingkan dengan nama besar musisi lainnya. Namun peran pentingnya di balik layar ternyata membuat namanya patut diperhitungkan sebagai salah seorang musisi senior dalam jagad musik pop Indonesia.   

Pada awal 1970an, Iwon bersama rekan-rekannya sesama musisi dari kota Surabaya membentuk sebuah grup yang bernama Man’s Group. Band ini terdiri dari Iwon (gitar/vokal), Yongky (keyboard), Usman (gitar/vokal), Sofyan (drum/vokal), dan Said (bass/vokal). Ketiga personel diantaranya telah lebih dulu dikenal dengan nama Usman Bersaudara. Tampaknya nama Man’s group diambil karena kelima personelnya adalah laki-laki. Saat itu Man’s group cukup sukses malang melintang mengisi gemerlapnya hiburan di kota Surabaya.

Pada tahun 1972, Man’s Group mencoba mengadu nasib ke ibu kota. Mereka meyakini anggapan sebagian besar orang saat itu yang menyatakan bila ingin berhasil harus melanjutkan karier di kota Jakarta. Berpindahlah mereka ke kota Jakarta dan melakukan aktivitas bermusiknya dengan keyakinan kuat akan munculnya kesuksesan yang lebih baik dari sebelumnya. Di Jakarta mereka menemui Benny Pandjaitan, senior mereka kala masih sama-sama mengawali karier bermusik di kota Surabaya. Benny yang lebih dulu sukses dengan grup Panbers mencoba membantu perjalanan karier bermusik Man’s Group. 

Panbers saat itu sudah berhasil mengeluarkan dua album rekaman di bawah naungan Dimita Recording. Mereka pun mendapatkan tawaran manggung di beberapa tempat hiburan. Man’s Group   yang saat itu berada di bawah binaan Pandjaitan Bersaudara mendapatkan kesempatan manggung sebagai band pembuka sebelum Panbers beraksi. Karena seringnya tampil sebagai pembuka Panbers, maka Man’s Group lebih sering dikenal dengan nama Panbers Junior. 

Keberuntungan berpihak pada Man’s Group karena mereka mendapatkan kesempatan emas untuk memasuki dunia rekaman. Man’s group mendapatkan jatah rekaman pada sisi B album Panbers volume 3, 4 dan 6. Sebuah langkah kesuksesan telah dirintis oleh Iwon bersama rekan-rekannya yang lain. Debut mereka merekam musik dalam pita kaset tersebut terjadi pada tahun 1973, di bawah label Dimita Recording. Sebagai grup yang menempati sisi B, tentu wajah mereka tidak terpampang dalam cover kaset.

Pada pertengahan tahun 1973, sebuah gejolak melanda Man’s Group. Saat itu Nomo Koeswoyo yang sudah dipercaya mengelola perusahaan rekaman Yukawi, tertarik pada ketiga personel Man’s Group. Usman, Sofyan dan Said direkrut oleh Nomo Koeswoyo untuk membentuk sebuah band baru yang bernama No Koes. Konon No Koes ini merupakan tandingan dari Koes Plus, nama besar yang mendominasi dunia musik pop saat itu. Dengan legowo, Iwon dan Yongki melepas ketiga rekannya untuk merengkuh keberhasilan melalui grup lain.

Yongki yang merasa tidak lagi menemui jalan dalam bermusik di ibu kota, harus kembali pulang ke Surabaya. Di kota itu dia melanjutkan karier bermusiknya. Sementara Iwon masih mencoba beberapa waktu untuk bertahan di ibu kota. Karena nasib baik tak kunjung datang, Iwon pun sempat putus asa dan kembali ke kota Surabaya menyusul jejak Yongki yang lebih dulu balik kanan. Selama sekitar satu tahun Iwon dirundung kegelisahan menyusul karier bermusiknya yang tak kunjung membaik .

Ada sebuah kisah menarik dalam perjalanan karier bermusik Iwon. Saat No Koes melejit dengan rekaman perdananya, dia gerah ketika mengetahui sebuah lagu ciptaannya dinyanyikan tanpa ijin. Lagu tersebut adalah Perantauan yang hingga saat ini dikenal sebagai salah satu lagu andalan No Koes. Dalam cover Piringan Hitam maupun kaset album No Koes “Sok Tahu”, nama Iwon tidak tertulis sebagai pencipta lagu tersebut melainkan hanya tertulis karya No Koes. Jadilah Iwon mengecam keras Nomo Koeswoyo yang dianggapnya mencuri lagu karyanya itu. Perantauan menurutnya merupakan karya orisinil miliknya. Lagu itu mengisahkan kesulitan hidup yang dialami sebagai seorang yang mencoba mengadu nasib dari sebuah daerah menuju ibu kota yang menjanjikan impian dan harapan. Pada akhirnya nama Iwon diakui sebagai pencipta lagu tersebut ketika pada tahun 2002 lagu tersebut direkam ulang oleh Kembar Group. 

Titik balik kesuksesan Iwon dimulai ketika diajak oleh Beib Benyamin untuk bergabung dalam sebuah band, Beib Blues. Grup ini seringkali mengiringi penampilan Benyamin Suaeb ketika tampil berolah vokal di atas panggung. Selanjutnya dia juga terlibat dalam penggarapan musik beberapa artis pendatang baru, berbagai band juga pernah disinggahi untuk melebarkan sayapnya di dunia musik populer Indonesia. 

Pada tahun 1982 Iwon sempat membuat album rekaman secara solo. Album bertajuk “Duri-Duri Tajam” ini muncul sebagai sebuah album pop manis yang mengetengahkan lirik yang tidak umum. Beberapa syair lagunya terkesan kritis, puitis tapi tidak populis sebagaimana syair lagu-lagu pop yang mengemuka saat itu. Lagu Duri-Duri Tajam sempat populer di radio, namun tidak terlalu mengangkat nama Iwon. Album ini direkam melalui label Akurama Recording. Konon dalam album ini nama Iwon yang aslinya adalah Kliwon, diubah menjadi Iwon Sutomo oleh A. Riyanto salah seorang maestro musik pop Indonesia.

Selanjutnya karier Iwon memang tidak pernah benar-benar melejit di permukaan, namun melaui tangan dinginnya beberapa artis sempat dipoles dalam penggarapan musiknya. Pada tahun 1996 ketika musik pop Indonesia menerima kehadiran album Murry’s Family dengan hits Terlambat yang merupakan rilis ulang lagu Koes Plus, nama Iwon Sutomo tertera sebagai penata musik. Tampaknya Murry, sang drummer Koes Plus, merasa nyaman ketika bekerja sama dengan Iwon. Sehingga pada tahun 2010, ketika Murry membentuk kembali Murry’s Group dengan album pop jawa, Iwon kembali dipercaya sebagai pengatur aransemen musik sekaligus bertindak menjadi pengisi melodi gitar.

Sebagai seorang yang lahir di kawasan Surabaya Utara, Iwon beberapa kali muncul dengan identitas sebagai seseorang yang berlogat Madura. Hal ini tampak pada lagu Numpak Kereto dalam album Murry’s Group dan lagu “Jakarta Suroboyo” yang merupakan duetnya bersama Lilin Herlina, penyanyi dangdut dari Surabaya. Hingga saat ini Iwon tidak pernah berhenti berkarya. Beberapa karya lagunya muncul di youtube dengan ciri khas lagu yang bertemakan kritis macam “Stop Tawuran” dan “Anti Narkoba”.

Tetap berkarya pak Iwon alias Mbah Kliwon, arek Suroboyo yang sukses menaklukkan kota Jakarta dengan segala kreativitasmu.

( Okky T. Rahardjo, penggemar Iwon dari kota Surabaya—085645705091)




3 komentar:

  1. Salam saya buat mas iwonku, masih ku ingat saat aku di opname mas iwon bersam istri datang untuk besuk di rumah sakit tebet, beberapa puluh tahun yg lalu

    BalasHapus
  2. mas iwon ini asli surabaya ya? boleh gk aku tahu asal usul ibu mas iwon. trimakasih

    BalasHapus