Sabtu, 15 Juni 2013

AKA, Sebuah Band Fenomenal Dari Kota Surabaya

            Bila ditanyakan grup musik rock apa yang berasal dari Surabaya, secara acak ingatan kita akan menuju pada nama AKA. Ya AKA merupakan band rock legendaris yang berasal dari kota Surabaya. Grup musik yang berdiri pada 23 Mei 1967 ini, bermula dari keinginan seorang pemuda yang bernama Ucok Harahap untuk mendirikan sebuah band sebagai penyaluran bakat musiknya yang sudah tak terbendung. Melalui fasilitas yang diberikan oleh ayahnya, Ismail Harahap seorang apoteker terkenal di kota Surabaya, Ucok setiap hari berlatih musik di sebuah ruangan di sudut apotik milik ayahnya tersebut.

            Tidak puas bermain musik sendrian, Ucok Harahap lantas mencari teman-teman yang memiliki minat bermusik yang sama. Setelah beberapa kali menyambangi THR Surabaya yang saat itu sering menampilkan musisi-musisi populer, Ucok pun mengajak beberapa rekan musisi untuk berlatih di rumahnya. Tesebutlah saat itu Haris Sormin (rhytym gitar), Lexy Rumagit ( bass ), Soenata Tanjung ( melody gitar ),Zainal Abidin ( drum ) dan Ucok Harahap sendiri pada posisi keyboard. Karena mereka selama ini berlatih di apotik yang beralamat di jl. Kaliasin Surabaya (sekarang jl. Basuki Rachmat ), maka grup ini dinamakan AKA yang merupakan akronim Apotik Kaliasin. Apotik itu sendiri saat ini sudah menjadi patung karapan sapi yang terletak di ujung jl. Basuki Rachmat.

            AKA formasi pertama ini beberapa kali mendapatkan tawaran manggung di beberapa even acara. Di antaranya acara pentas seni di sekolah, dan juga pementasan di kampung-kampung yang terletak di kota Surabaya. Sebagaimana yang pernah diakui oleh Ucok, honor yang mereka saat itu masih sebesar Rp. 20 ribu. Sayang sekali formasi ini tidak bertahan lama, Zainal Abidin terpaksa keluar dan digantikan oleh Sjech Abidin yang adalah adik kandungnya sendiri. Sjech adalah sebuah nama yang berikutnya mengantarkan kesuksesan grup AKA. Konon karena Sjech Abidin tinggal di jl. Pegirian yang merupakan wilayah pemukiman warga keturunan Arab, maka untuk mengajak Sjech latihan musik, personel yang lain harus dating ke rumahnya memakai sarung dan meminta ijin pada orang tua Sjech untuk mengajak ke pengajian. Sebuah tak tik khas anak muda masa itu untuk mendapatkan restu latihan musik.

            Berikutnya terjadi beberapa kali pergantian formasi. Lexy sebagai pemain bass pun keluar dan digantikan posisinya oleh Peter Wass. Peter pun pada akhirnya mengundurkan diri dari grup AKA sebelum sempat menghasilkan album rekaman. Haris juga keluar dari formasi AKA tak lama setelah Lexy hengkang. Dalam perjalanan waktu, masuklah nama Arthur Kaunang atas rekomendasi dari ibu kandung Ucok Harahap. Arthur yang merupakan anak dari teman ibu Harahap merupakan seorang pemain piano klasik. Demi memenuhi posisi bass yang lowong, Ucok mengajari Arthur bermain bass. Berkat ketelatenan berlatih, jadilah Arthur seorang pemain bass yang handal. Bahkan tiada pernah diduga, ketiga pemain bass yang pernah bermain di dalam grup AKA mampu memainkan dengan posisi kidal.

            AKA selanjutnya eksis dengan formasi Ucok Harahap (keyboard ), Soenata Tanjung ( gitar ), Sjech Abidin ( drum ) dan Arthur Kaunang ( bass ). Formasi ini makin meraja lela menguasai jagad musik rock Indonesia terutama di kota Surabaya. AKA mampu menyandingkan dirinya dengan grup musik rock lain yang juga eksis menyemarakkan blantika musik Indonesia macam God Bless (Jakarta) dan Giant Step (Bandung). AKA saat itu mampu menjadi ikon anak-anak muda yang menyuarakan kebebasan dan keleluasan berekspresi.

            Berbeda denagn grup musik lain, AKA hadir tidak hanya menyajikan keterampilan bermusik namun juga menghebohkan melalui penampilan atraktif yang dilakukan oleh Ucok Harahap. Beberapa Ucok tampil di panggung dengan gaya teatrikal yang menarik. Seperti yang pernah terjadi di Taman Ismail Marzuki (TIM), saat itu Ucok melakukan atraksi dengan masuk ke dalam peti mati. Namun ketika peti mati baru ditutup dan dipaku, Ucok sekuat tenaga menendang penutup peti mati tersebut. Seketika Ucok berlari tulang langgang hingga memanjat tembok pembatas gedung lokasi pertunjukan. Penonton yang mengira hal itu adalah atraksi pertunjukan, spontan memberikan tepuk tangan yang meriah. Hingga akhirnya Ucok Harahap terjatuh karena tersambar kabel listrik yang menjuntai dengan bebas. Belakangan, aksi yang menghebohkan itu diakui Ucok karena dirinya dikejar oleh sosok perempuan yang berada di dalam peti mati yang dia masuki. Padahal, peti mati tersebut sebenarnya kosong. Nah….

            AKA tidak hanya piawai dalam aksi panggung, berikutnya mereka menjajal kemampuan berolah lagu dalam dunia rekaman. Beberapa album sempat mereka hasilkan dan meraih kesuksesan yang tidak kalah dibandingkan penampilan panggungnya. Tapi jangan dibayangkan dengan penampilan fisik yang sangar dan penampilan panggung yang garang, maka lagu-lagu mereka dijamin keras dan bising. Tidak juga, malah sebaliknya lagu yang berirama cadas dan menghentak itu hanya sekitar 30-40 persen saja dari keseluruhan lagu dalam satu album.
            Arus komersil membuat grup rock ini juga melagukan tembang karya mereka yang pop mendayu-dayu macam Akhir Kisah Sedih, Dunia Buram, Di Akhir Bulan Lima atau yang paling fenomenal Badai Bula Desember. Tak juga disangka, grup ini pun juga tega bernyanyi lagu yang bergenre Jawa Melayu atau pun juga irama Qasidah. Ya itulah tuntutan sebagai penghibur masa itu harus bisa bernyanyi lagu dengan irama apa pun sesuai tuntutan arus musik populer yang sedang laku. Bila lagu-lagu yang dinyanyikan berirama rock maka Ucok Harahap yang mengambil alih, bila lagu yang didendangkan adalah pop yang melankolis maka Sjech Abidin yang berperan. Sjech merupakan pemain drum dengan vokal yang merdu. Sementara Arthur dan Soenata hanya mengisi vokal pada beberapa lagu saja.

            AKA saat ini memang sudah tidak lagi berwujud sebagai sebuah keutuhan grup musik, namun karya-karya dahsyat mereka akan selalu tetap melekat di hati penggemarnya. Pada tahun 1975, AKA meleburkan dri menjadi SAS dikarenakan Ucok Harahap yang lebih banyak melakukan aktivitas di dunia hiburan secara personal dibandingkan bersama ketiga rekannya yang lain. Pada tahun 1997, sebuah album yang berformat reuni pada akhirnya merupakan album pamungkas mereka yang diluncurkan dengan hits berjudul Puber Kedua

            Ucok Harahap sendiri kini sudah tiada. Pada tahun 2009, dia harus pergi menghadap pencipta-Nya. Sementara Soenata Tanjung telah memilih jalan hidup untuk menekuni musik di jalur rohani bahkan dia sudah ditahbiskan menjadi pendeta di salah satu gereja di Surabaya. Arthur Kaunang sendiri beberapa kali masih sempat tampil sebagai bintang tamu di beberapa even musik rock. Sedangkan Sjech Abidin konon pernah diberitakan menyiapkan anak-anaknya sebagai generasi penerus AKA dengan membentuk band yang menyanyikan lagu-lagu milik grup kesayangan warga Surabaya tersebut.

            Terima kasih AKA, keberadaanmu telah mampu menyematkan kebanggaan tersendiri di dada kami sebagai warga kota Surabaya yang pernah memilikimu.
( Okky T. Rahardjo, penggemar AKA dari kota Surabaya-085645705091 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar