Minggu, 26 Mei 2013

The Gembell's dan Dendang Untuk Kota Surabaya


                



 Penggemar musik kota Surabaya tentu tidak asing dengan sebuah nama yaitu The Gembell’s. Band yang beraliran Afro-funk ini memang tumbuh dan berkembang di kota Pahlawan. Band yang sebagian besar personelnya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga ini berdiri pada tahun 1969. Terdiri dari Minto (drum), Abu (bass), Anas Zaman (keyboard), Rudy (gitar) dan Victor Nasution (vokal & gitar).

                The Gembell’s sendiri merupakan akronim dari kata Gemar Belajar. Cukup unik memang, namun nama ini menjadi familiar di telinga anak-anak muda masa itu. The Gembell’s tampaknya mencoba menyajikan sesuatu yang lain dari pada band-band lain yang saat itu mulai bermunculan. Mereka tidak hanya menyanyikan lagu-lagu cinta komersil yang memang saat itu laris. Namun masyarakat mengenal The Gembell’s sebagai band yang kritis terhadap perkembangan kota Surabaya. 

                Berbagai lagu yang mereka sajikan sebagai hits, sebenarnya merupakan bentuk kekaguman sekaligus kritikan terhadap laju perkembangan kota Surabaya yang saat itu mulai beranjak maju. Semua tentu mengenal karya fenomenal mereka yaitu Ballada Kalimas. Ketika kita mendengarkan baris demi baris lagu ini, spontan kita akan mengingat tentang heroiknya kota Surabaya yang sampai hari ini masih kita rasakan.

                “ Dahulu kala, sura dan buaya bertarung berperang memilikimu..
                  Pernah kau tampung darah pahlawan,
                  Memerah jembatan, memerah pula airmu….
                  Kalimas, kalimas, kalimas….
                                Wahai mengapa, mengapa kau tetap membisu..
                                Kau menjadi saksi dalam perang dan damai….
                                Insan sekitarmu….”

                Jujur, sampai hari ini ketika orang membicarakan sungai kalimas, ingatan kita pasti akan melayang pada lagu Ballada Kalimas ini. Hal itu pula yang membuat Radio Suzana mengadakan karaoke lagu “Ballada Kalimas” pada tahun 1995. Saat itu pemerintah kotamadya Surabaya sedang mengadakan program bersih-bersih kalimas. Bahkan personel asli The Gembell’s juga dihadirkan untuk memeriahkan acara tersebut.

                Cover album perdana The Gembell’s juga sarat dengan nuansa kota Surabaya karena mengambil pose di depan Taman Makam Pahlawan yang terletak di jl. Kusuma Bangsa. Saat itu mereka membuat sebuah lagu yang sangat kritis yaitu Pahlawan Yang Dilupakan. Ketika Rumah Sakit Simpang masih berdiri dengan megah di jl. Pemuda, sekelompok anak-anak band ini juga prihatin terhadap perlakuan beberapa oknum dokter kepada pasien yang berobat di tempat itu. Mereka melihat sebagian pasien kurang diperhatikan dengan baik. Bahkan terkesan ada diskriminasi terhadap pasien kurang mampu yang rata-rata merupakan korban kecelakaan kendaraan bermotor. Hasilnya, Victor Nasution pun dipanggil oleh perkumpulan dokter untuk menjelaskan maksud dari lagu yang dinyanyikan.

                Pengalaman pahit melalui lagu pernah mereka alami juga ketika mendendangkan lagu Peristiwa Kaki Lima yang menyoroti aparat pamong praja membongkar lapak-lapak pedagang tanpa memperhitungkan belas kasihan. Hati mereka sebagai seniman tentu menjerit terhadap hal ini. Tidak bisa hal lain yang dilakukan kecuali bersenandung dalam lagu. Walaupun sebagai konsekuensi mereka sempat dicekal oleh pemerintah daerah waktu itu.

                Bagaimana mereka memandang pejabat yang bermuka dua ? Simak saja lagu yang berjudul Si Munafik yang mengisahkan seorang pejabat yang di rumah terlihat alim luar biasa, namun di luar malah mengunjungi tempat-tempat hiburan malam. Begitulah gaya The Gembell’s dalam menyoroti laju pembangunan di kota Surabaya yang makin tak terkendali, mengikuti gerak menuju kota metropolis.

                The Gembell’s berkibar meraih sukses ketika rekaman di bawah label Indra Record’s. namun sebagaimana sebagian musisi yang lain, mereka pun tergoda untuk hijrah ke ibu kota. Band yang selama di Surabaya bermukim di jl. Sulawesi ini selanjutnya merekam lagu-lagu mereka di Remaco. Mereka sempat juga menghasilkan album pop melayu, yang harus diakui langkah ini secara perlahan menyurutkan kebesaran nama mereka di dunia musik.

                Saat ini di tengah kota Surabaya menjelang berusia 720 tahun, kita merindukan grup musik sebagaimana The Gembell’s. kita merindukan lagu-lagu macam mereka yang mampu membangkitkan semangat kepahlawanan, membuka wawasan tentang kota Surabaya sekaligus memberikan kritik sebagai tanda cinta untuk kota kelahiran kita ini.

                Demikian yang dapat saya sajikan mengenai sebuah band yang lahir dari kota Surabaya kali ini. Mohon maaf atas setiap kesalahan dalam rangkaian kata dan tulisan. 

                Maju terus seniman kota Surabaya !

                Okky T. Rahardjo ( Penggemar The Gembell’s dari kota Surabaya—085645705091 )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar