Rabu, 02 Januari 2013

Sebuah Catatan album Koes Plus Volume 7


                Selamat memasuki tahun 2013, mudah-mudahan harapan yang kita miliki akan menjadi kenyataan dan bukan sekedar impian. Pada awal tahun ini kami akan membuat sebuah catatan mengenai  sebuah album Koes Plus yang beredar di bulan ini tapi empat puluh tahun lalu. Album tersebut adalah Pop Indonesia volume 7. Sebuah album yang merupakan sekuel terakhir mereka di bawah label Dimita recording. Setelah sekitar empat tahun mereka menelurkan karya-karya emas berupa 8 album ( Pop Indonesia 7 album, 1 pop natal ), pada tahun 1973 mereka harus mengakhiri kontrak kerja untuk selanjutnya memulai di label yang baru.
                Pada abum volume 7 ini, Koes Plus sudah mulai dikenal masyarakat luas dan memasuki puncak kejayaan setelah lagu-lagu mereka berkumandang di berbagai siaran radio, tayangan televisi, pentas hiburan maupun liputan media massa yang gencar memberitakan gerak gerik mereka. Bahkan saat itu mereka sukses membintangi iklan F&N Strawberry Soda Pop yang selanjutnya kita ketahui potongan wajah mereka dalam iklan tersebut dijadikan cover album seri ketujuh ini.
                Album volume tujuh ini cermin kematangan Koes Plus dalam kiprahnya di dunia musik populer Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, album volume 1-4 merupakan proses pencarian jati diri sekaligus pengenalan Koes Plus kepada publik, untuk memedakan dari Koes Bersaudara. Sehingga kita bias menyimak betapa Murry begitu memforsir pukulan drumnya pada lagu-lagu yang disajikan. Sehingga orang bisa memahami bahwa perbedaan Koes Plus dan Koes Bersaudara lebih menonjol pada hentakan drumnya, selain pada pergantian personel tentunya. Namun mulai album kelima hingga ketujuh ini kita akan melihat bahwa ketukan drum Murry lebih soft tanpa mengurangi keindahan permainannya.
                Volume 7 dibuka dengan sebuah lagu karya Koeswoyo Senior yaitu Mari-Mari. Kalau tidak salah menghitung, ini ketiga kalinya beliau terlibat dalam proses pembuatan lagu Koes Plus. Mari-Mari merupakan sebuah lagu yang sederhana, bahkan terkesan seperti sebuah lagu jenaka atau main-main saja. Bahkan Yon Koeswoyo pun semula enggan menyanyikannya, karena syairnya yang terkesan porno atau saru. Namun siapa sangka, lagu yang musiknya diadaptasi dari musik tradisional Tari Topeng Bekasi ini ternyata meledak luar biasa. Dimana mana orang menyanyikan lagu ini, terutama bagian reffreinnya ang mudah diingat “ Mari-mari oi, berterus terang, jangan lewat oi, pintu belakang…” . kesuksesan lagu ini pula yang mungkin menjadi pertimbangan Tonny Koeswoyo merekam ulang lagu tersebut dalam album The Best of Koes di bawah label Remaco.
                Deretan kedua dari album ini terdapat “Malam Yang Indah”. Tonny Koeswoyo sendiri yang mengambil jatah menyanyikan lagu ini. Seakan merupakan sekuel dari Koes Bersaudara yang memiliki “Pagi Yang Indah”, Koes Plus pun melanjutkan dengan “Malam Yang Indah”. Harus diakui, kedua lagu tersebut memang sama-sama indah. Lihat Jendelaku sebagai urutan berikutnya dinyanyikan secara bersahutan antara Yokdan Yon Koeswoyo, mengingatkan kita pada lagu Derita yang direkam di album “Dheg-Dheg Plas”. Mulainya berbeda tapi berhentinya sama. Merupakan sebuah perpaduan vokal yang sampai saat ini tak mudah kita temukan perbandingannya.
                Yon Koeswoyo berikutnya mengungkapkan isi hatinya secara jujur melalui lagu “Pengakuan”. Sebuah lagu yang khas karya Yon Koeswoyo. Gaya bercerita dengan kata ganti aku dalam setiap lagu yang beliau hasilkan, merupakan ciri seorang Yon Koeswoyo. Yok Koeswoyo mencoba menyumbangkan lagu dan vokal secara solo melalui lagu “Rasa Sedih Tiada Arti”. Seakan memotivasi kita bahwa putus cinta tak harus ditangisi secara berlebihan. Sang maestro, Tonny Koeswoyo pun tak mau ketinggalan dengan sebuah lagu yang rancak penuh semangat melalui Tradisi. Seakaningin bercerita bahwa beliau ingin meninggalkan kebiasaan bermusik yang lama menuju pola musik yang baru, yang ditandai dengan pindah label ke Remaco. Benar sekali, karena di label yang baru kita mengenal Koes Plus dengan berbagai variasi musik. Berbeda dari karya sebelumnya yang mereka hasilkan di perusahaan rekaman yang lama.
                Murry pada album ini tidak ikut kebagian menyanyi, namun beliau ikut menyumbangkan dua karya emasnya yang fenomenal sampai detik ini. Lagu tersebut yaitu “Pelangi” yang dua tahun berikutnya direkam ulang dalam album The Best of Koes.tampak sekali sentuhan Tonny Koeswoyo paa lagu ini sehingga kita tidak menyadari bahwa sebenarnya lagu ini adalah karya Murry. Ya, itulah hebatnya sang maestro yang tidak hanya mampu meramu musik namun juga mengayomi para personel Koes Plus. Sehingga beliau turut membantu Murry melahirkan sebuah karya yang dahsyat, yang sampai hari ini sering kita dengar di pementasan lagu-lagu Koes Plus.
Karya yang lain adalah Seminggu Yang Lalu. Murry tampaknya merasa cocokbila karya beliau dinyayikan oleh Yon Koeswoyo yang karakter vokalnya begitu lembut, syahdu dan mendayu. Begitu indahnya lagu ini sampai-sampai Ernie Johan dalam sebuahrekaman albumnya menyisipkan lagu berjudul “Seminggu Kemudian”, seakan merupakan jawaban dari “Seminggu Yang Lalu”.
                Album ini diakhiri denga sebuah lagu manis, yang musiknya unik dinyanyikan secara duet oleh Yon dan Tonny Koeswoyo, “Hanya Untukmu”. Album ini termasuk salah satu album Koes Plus yang hamper keseluruhan materi lagunya enak untuk didengarkan. Lagu yang lain pada album ini aitu Cinta Abadi, Nama Yang Manis dan Mengapa.
                Sebagian penggemar Koes Plus, terutama lingkup kolektor menyatakan bahwa album Koes Plus yang merupakan masterpiece adalah volume 1 s/d 7. Hal in tidak berlebihan, mengingat rentang waktu lahirnya tiap album tidak terlalu dekat, sehingga proses kretaif yang dihasilkan sangat maksimal. Beda dengan ketika di Remaco, dimana Koes Plus memasuki era sebagai “pabrik lagu” yang sangat laku.
                Perpindahan Koes Plus dari Dimita ke Remaco ini tentu saat itu diikuti dengan pembaharuannilai kontrak beserta bonus yang mengikuti. Namun dari segi teknis, hal ini merupakan kemajuan, mengingat Dimita saat itu masih menggunakan rekaman 2 track sedangkan Remaco sudah memiliki teknologi 4 track. Suatu kemajuan dalam industri muisk populer Indonesia.
                Demikianyang dapat kami sajikan mengenai catatan singkat album volume 7 Koes Plus yang beredar pada anuari 1973. Mohon maaf atas segala kesalahan dalam rangkaian kata dan kalimat. Serta kekeliruan dalam penyampaian informasi dan dokumentasi. Jayalah terus musik Indonesia…!!!
                Okky T. Rahardjo ( Penggemar Koes Plus dari Surabaya, 085645705091 )

2 komentar:

  1. Volume 7 mungkin yang terbaik
    walau Volume 4 juga sangat bagus ...

    BalasHapus
  2. Saya menyebut Koes Plus Volume 7, lebih modern, terutama musiknya. Tetapi yang paling berhasil, saya lebih suka Volume 4, 5, dan 8. Sedangkan yang paling Hebat, Volume 9 dan 10. Ada lagu Hatiku Beku, Layang-layang, Muda-Mudi, Bujangan dan Kapan-kapan.

    BalasHapus